Lokasi :
Situs Candi Brahu terletak di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan.
Riwayat Singkat :
Candi Brahu adalah bangunan candi dalam pengertian yang sebenarnya. Bagian-bagian dari sebuah candi umumnya terdiri dari: kaki yakni bagian bawah, tubuh: yang terletak di bagian tengah dan atap atau mahkota di bagian atas yang berbentuk piramidal. Menurut daftar inventaris lama, disekitar Candi Brahu dahulu juga terdapat bangunan candi-candi yang lain yang dikenal dengan nama: Candi Gentong, Candi Gedong dan Candi Tengah. Di antara candi-candi tersebut hanya Candi Gentong yang terletak di sebelah timur Candi Brahu yang masih dapat dilihat sisa-sisanya, lainnya telah lama runtuh dan belum ditemukan bekas-bekasnya.
Di sekitar komplek Candi Brahu pernah ditemukan benda-benda kuno antara lain berupa: benda-benda dari bahan emas dan perak, 6 buah arca yang bersifat agama Budha dan piring perak yang bagian bawahnya bertulisan kuno, benda-benda tersebut disimpan di musium pusat. Pada tahun 1963 kira-kira 45 m di sebelah barat daya Candi Brahu telah ditemukan 4 lempeng prasasti tembaga dari zaman Sindhok, kini benda-benda tersebut disimpan di Musium Purbakala Trowulan (Balai Penyelamatan).
2. Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Trowulan. Dapat ditempuh dari perempatan Dukuh Nglinguk ke arah Timur sejauh ± 2 km. Candi Bajang Ratu terletar sekitar 200 m masuk ke utara dari jalan desa.
Riwayat Singkat :
Sewaktu ditemukan oleh para peneliti keadaan Candi Bajang Ratu memang sudah sangat mengkhawatirkan. Untuk menghindari kerusakan yang lebih parah pada tahun 1890 dipasanglah balok-balok kayu sebagai penyangga sementara langit-langit yang begitu berat. Karena balok-balok ini kemudian menjadi rusak dan keropos maka kemudian digantilah tiang-tiang penyangga tersebut dari besi sebagaimana dilaporkan oleh Knebel dalam kunjungannya pada tahun 1907. Penyelamatan bangunan dari keruntuhan total diselsaikan pada tahun 1915, sedangkan penggalian serta penyelidikan disekitar candi diselesaikan tahun 1919.
Nama Bajang Ratu pertama kali disebut dalam Oudhikundig Verslag (OV) tahun 1915. Candi Bajang Ratu berhubungan dengan wafatnya raja Jayanegara pada tahun 1328. Dalam kitab Pararaton disebutkan oleh bahwa Jayanegara wafat pada tahun 1328 sira ta dhinarmeng Kapopongan, bhiseka ring crnggapura pratista ring Antawulan. Menurut Krom (1926), crnggapura dalam Pararaton sama dengan Cri Ranggapura dalam Nagarakertagama, sedang Antawulan (Pararaton) sama dengan Antarasasi (Nagarakertagama).
3. Candi Tikus

Situs Candi Tikus terletak di wilayah administrasi Dukuh Ginuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulon. Dari Candi Bajang Ratu ke arah tenggara ± 500 m.
Riwayat Singkat :
Ditemukan dari timbunan tanah pada tahun 1914. Pada waktu itu di daerah Temon dan sekitarnya sedang diserang hama tikus. Setiap diadakan pegejaran kawanan tikus tersebut selalu masuk ke sebuah lubang yang terletak di atas sebuah gundukan. Lubang yang selama ini menjadi sarang tikus itu kemudian dibongkar atas perintah Bupati Mojokerto yang bernama R.A.A Kromojoyo Adinegoro, ternyata didalamnya terdapat bagian dari sebuah bangunan. Ketika penggalian diteruskan yang nampak adalah salah satu bangunan puncak dari sebuah petirtaan.
Atas izin Dinas Purbakala yang pada waktu itu bernama Oudheidkundige Dicnst, penggalian menampakkan seluruh bangunan diteruskan dan selesai pada tahun 1916. Penyelidikan dan pengerjaan bangunan dilanjutkan lagi pada tahun 1923. Bangunan yang kita saksikan sekarang ini adalah hasil pemugaran yang dimulai sejak tahun 1985 dan dinyatakan purnapugar pada tanggal 21 September 1989, ditandai dengan upacara peresmian oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Siti Inggil

Di Dukuh Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Dapat ditempuh dalam perjalanan pulang dari Candi Brahu. Setelah meninggalkan Candi Brahu sejauh 1,1 km sampailah di sebuah gapura yang menuju ke arah barat. Menyusuri jalan ke arah barat ini sejauh ± 500 m maka sampailah anda di Candi Siti Inggil.
Riwayat Singkat :
Dikalangan masyarakat dikenal dengan berbagai nama: Candi Lemah Geneng, Lemah Tulis dan Candi Kedungwulan karena letaknya di Dukuh Kembangwulan yang masih termasuk di Desa Bejijong. Bangunan kekunoan telah mengalami pencemaran yang hebat sehingga suasanan kekunoannya tidak nampak lagi, yang menonjol adalah bangunan-bangunan baru. Bahkan statusnya dari “monumen mati” (dead monument) berubah menjadi semacam “monumen hidup” (life monument). Pada hari-hari tertentu ramai dikunjungi oleh wisatawan untuk berbagai tujuan.
5. Candi Jolotundo

Terletak di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto. Dapat dicapai dari Mojokerto – Mojosari terus kepertigaan Ngijingan sekitar 5 km. Desa- desa yang dilewati: Purwojati, Kutogirang, Kesemen, Srigading, Bale Kembang dan setelah 2 km masuk hutan sampailah di desa Seloliman
Riwayat Singkat :
Candi Jolotundo yang dalam laporan-laporan lama kadang-kadang disebut Jeluktondo adalah sebuah petirtaan atau pemandian suci. Bangunanini terbuat seluruhnya dari batu andesit, berukuran 16,85 m X 13,52 m. bagian belakang kolam manempel pada punggung bukit dengan jalan mengeprasnya sedemikian rupa sehingga letaknya lebih tinggi daripada bangunannya. Dari sini pancuran-pancuran mendapat air yang kemudian mengalir kembali ke dalam kolam.
Di bagian tengah dinding terdapat teras bertingkat dua yang menjorok ke tengah kolam di sebelah kiri dan kanan tersebut juga menempel pada dinding belakang bilik kolam. Bilik-bilik kolam ini dikelilingi tembok, kini tinggal sebagian dan susunannya sudah tidak teratur lagi. Di teras bagian tengah dahulu terdapat batu kemuncak yang berfungsi sebagai pancuran air, batu tersebut disangga oleh 16 panil ber-relief. Sudah sejak lama batu-batu ber-relief ini tinggal sebagian, sebagian lagi di musium pusat.
0 komentar:
Posting Komentar